Saat Krisis ...

Mau ndak mau, krisis Amrik bagaikan gelombang Tsunami. Tsunaminya di Amrik, riak gelombangnya sampai ke negeri kita.

Beberapa dampak dari runtuhnya kapitalisme Amrik, missal, China, ada 1.300 perusahaan bangrut. Jepang juga demikian. Belum lagi Singapura dan Hongkong yang mayoritas ekonominya sangat tergantung dengan Amrik.

Untuk Indonesia, sudah mulai terasa. Ekspor kayu ukiran di Jawa tengah drop 80% omsetnya. Eskpor tekstil tersendat, bahkan PHK 800 karyawan sudah dilakukan. Ekspor kelapa sawit jatuh sampai seharga 330 perak per kilonya, sehingga buah sawit dibiarkan busuk di batang pohon, karena biaya memetik tak sebanding dengan harga jualnya.

Hal lain, daya beli masyarakat turun drastis, barusan dari dealer motor di Bandung, menyatakan penjualannya turun drastic. Masyarakat kini membeli untuk barap atau produk yang dibutuhkan, produk turunan tak lagi dilirik karena cekaknya kantong.

Untuk property juga demikian. Barusan saya jual property di Balikpapan. Bisa laku saja saya sudah untung, mengingat suku bunga KPR demikian mencekik, 16%. Belum lagi plafon pinjaman kalau dulu rumah seken 70% kini hanya 50%, itupun dengan sangat selektif. Alhamdulillah rumah saya terjual, setidaknya bisa nambah cash flow dimasa krisis.

Nah, bagaimana bertahan dalam kondisi seperti ini. Rumusan sederhananya ada dua. Memaksimalkan pemasukan dan meminimalkan pengeluaran. Pengetatan ikat pinggang menjadi demikian penting. Barang yang nggak perlu dibeli ya ndak usah dibeli. Penghematan listrik, air, BBM dan lainnya perlu dilakukan.

Disatu sisi, memaksimalkan efektifitas dan efisiensi. Efektifitas adalah tercapainya sebuah goal perusahaan. Sedang efisiensi semaksimal mungkin mengelola sumberdaya sehingga benar-benar optimal dan tidak membuang-buang sumberdaya.

Ini menjadi demikian penting dalam bertahan dimasa-masa krisis saat ini. Saya dapat informasi, insya Allah Indonesia masih bisa bertahan, karena tidak sepenuhnya system ekonomi terjerembab dalam ekonomi barat. Disatu sisi masih cukup sumber daya domestic. Namun demikian, imbas krisis ini diprediksikan sampai sekitar 18 bulan.

Wah, kalau demikian masih panjang sembuhnya. Nah dalam kondisi seperti ini, kita perlu belajar pada Nabi Yusuf memanage negerinya saat menghadapi krisis selama 7 tahun lamanya.

Be Effective & Efficien

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments: